GUDANGTERKINI.COM – Rupiah terpantau anjlok terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca data tenaga kerja AS yang tampak sedikit membaik, mendorong penguatan dolar AS.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah pada pukul 13:07 WIB ambruk 0,52% ke angka Rp15.440/US$ pada hari ini, Senin (9/9/2024). Posisi ini tak jauh berbeda dengan pelemahan yang terjadi di awal perdagangan hari ini yang anjlok 0,59%. Nilai tukar rupiah yang terus melemah ini mengkhawatirkan banyak pihak.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) terpantau menguat 0,19% ke angka 101,37 pada pertengahan hari ini. Penguatan dolar AS ini didorong oleh beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pergerakan mata uang global.
Tekanan terhadap rupiah tampak berasal dari faktor eksternal setelah data Non-Farm Payroll (NFP) menunjukkan peningkatan sebanyak 142.000 selama Agustus, naik dari 89.000 pekerjaan pada bulan sebelumnya. Namun, capaian tersebut masih di bawah perkiraan konsensus yang mengharapkan 161.000 pekerjaan. Data tenaga kerja yang membaik ini menyebabkan kurs rupiah terhadap dolar AS semakin tertekan.
Tingkat pengangguran AS turun menjadi 4,2%, sesuai dengan perkiraan. Sementara itu, tingkat upah secara bulanan naik 0,7% dari perkiraan kenaikan 0,3%. Demikian juga secara tahunan naik 3,8% dari perkiraan kenaikan 3,7%. Perbaikan data tenaga kerja ini semakin memperkuat dolar AS.
Hal ini berujung pada ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) lewat CME FedWatch Tool tetap tinggi namun semakin meningkat untuk pemotongan sebesar 25 basis poin (bps) dibandingkan 50 bps.
Ekspektasi ini mempengaruhi nilai tukar rupiah yang semakin tertekan.
Alhasil, indeks dolar AS (DXY) mengalami rebound dan tekanan terhadap rupiah kembali terjadi di awal perdagangan hari ini.
Pelemahan kurs rupiah ini menjadi perhatian utama dalam perdagangan valuta asing hari ini.