GUDANGTERKINI.COM – Pada podcast Gusur yang tayang di kanal YouTube IH Creative pada 29 Agustus 2024, Tata Novela, seorang mahasiswi aktif dari UNPARI Lubuklinggau sekaligus aktivis perempuan, turut hadir sebagai narasumber. Kehadirannya dalam podcast tersebut membahas fenomena yang tengah panas belakangan ini , yaitu hasil rapat Revisi UU Pilkada oleh DPR RI, yang memicu gelombang aksi penolakan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di kalangan mahasiswa di Lubuklinggau. Isu ini juga mengundang perhatian publik dan menjadi bahan diskusi di berbagai media.
Tata Novela yang aktif dalam gerakan tersebut juga turut ambil bagian dalam demo di Lubuklinggau, mewakili Kohati HMI. Aksi demonstrasi ini digelar di depan Gedung DPRD Lubuklinggau, menyuarakan tiga tuntutan utama, yaitu mendesak DPR RI untuk mematuhi putusan MK, menolak segala bentuk upaya pembangkangan konstitusi, dan meminta DPRD Lubuklinggau menyampaikan aspirasi ini ke DPR RI.
Dalam wawancara di podcast, Tata Novela menyampaikan, “Matinya nalar dan rasa kemanusiaan di DPR menjadi alasan kami, para mahasiswa, untuk turun ke jalan.” Ucapannya menggambarkan betapa kekecewaan besar dirasakan oleh kalangan mahasiswa terkait revisi RUU Pilkada yang dinilai mencederai semangat demokrasi.
Aksi ini berjalan kondusif meskipun para anggota DPRD Lubuklinggau tidak hadir, dan hanya diwakili oleh Sekretaris DPRD. Mahasiswa diizinkan untuk masuk dan mengadakan audiensi langsung di ruang rapat DPRD, sebuah langkah yang menunjukkan keterbukaan, namun tetap tidak memuaskan bagi para pengunjuk rasa.
Situasi aksi demo ini dilaporkan langsung melalui Instagram IH Creative (@ihcreative24), memberikan update terkini kepada para followers.
Tata juga menyinggung kondisi demokrasi di Indonesia yang menurutnya sedang berada dalam fase kritis. “Demokrasi kita sedang tidak baik-baik saja,” ungkapnya. Ia menyoroti bahwa kekuasaan saat ini semakin semena-mena, bahkan Mahkamah Konstitusi dianggap sudah kehilangan wibawanya. DPR yang seharusnya menjadi wakil rakyat kini mendapat julukan “Dewan Pengkhianat Rakyat” oleh sebagian besar masyarakat yang merasa aspirasinya tidak lagi diwakili.
Di akhir podcast, Tata menyampaikan pesan khusus kepada para perempuan, terutama mahasiswi, agar jangan pernah takut untuk bersuara. “Kita sebagai agen kontrol dalam kehidupan sosial harus berani mengkritik kesalahan yang terjadi di sistem pemerintahan. Negara ini milik seluruh masyarakat Indonesia, bukan hanya milik satu keluarga atau DPR saja.”
PODCAST LAINNYA:
- Dea Fani, Mahasiswi Hukum yang Juga Aktif di Sosmed, Sorot Perhatian di Podcast Gusur
-
Podcast “Gusur Ih Creative” Bahas Kesehatan Mental Generasi Sandwich Bersama Abi Umar