GUDANGTERKINI.COM – Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya antara Iran dan Israel, mempengaruhi pasar global dengan signifikan. Harga Bitcoin anjlok menjadi $60.000 akibat meningkatnya ketidakpastian, sementara harga emas dan minyak mengalami kenaikan.
Investor global pun beralih ke aset yang lebih aman, seperti emas dan minyak mentah, yang saat ini sedang mengalami kenaikan signifikan.
Ketegangan ini kembali menimbulkan pertanyaan tentang status Bitcoin sebagai aset safe haven yang stabil di tengah krisis.
Serangan Rudal Iran Pengaruhi Pasar Global
Serangan rudal terbaru dari Iran ke Israel tidak hanya mengancam keamanan di kawasan, tetapi juga memicu kekhawatiran di pasar kripto.
Harga Bitcoin yang sebelumnya berada di $64.000 merosot drastis hingga menyentuh angka $60.315. Dalam waktu singkat, 154.000 pedagang kripto dilikuidasi, dengan total kerugian mencapai $521 juta.
Penurunan ini memperlihatkan kerentanan Bitcoin saat terjadi krisis geopolitik, di mana investor lebih memilih emas dan minyak sebagai aset perlindungan.
Emas dan Minyak Naik Signifikan di Tengah Ketegangan
Seiring dengan merosotnya harga Bitcoin, harga emas mengalami kenaikan hingga 1,5%, dan minyak naik sebesar 7% menjadi $72 per barel.
Menurut data dari Goldprice.org, harga emas mencapai $2.665 per ons, mendekati rekor tertingginya. Emas dan minyak, yang sudah lama dianggap sebagai aset safe haven, terus menarik perhatian investor sebagai pilihan yang lebih aman di tengah meningkatnya konflik Timur Tengah. Ini menunjukkan pola klasik di mana selama krisis global, emas dan minyak menjadi pilihan utama investor.
Prospek Bitcoin di Tengah Krisis Walaupun Bitcoin saat ini tertekan, beberapa analis masih percaya bahwa mata uang kripto ini memiliki potensi untuk pulih setelah ketegangan mereda.
CEO BlackRock, Larry Fink, tetap optimis bahwa Bitcoin akan menjadi lindung nilai terhadap inflasi di masa depan. Menurut Markus Thielen dari 10x Research, Bitcoin terus berkembang dan masih memiliki peluang untuk menjadi “emas digital”, tergantung pada bagaimana regulasi di masa mendatang.
Namun, Jesse Colombo, analis logam mulia, menyatakan bahwa Bitcoin, seperti aset berisiko lainnya, rentan terhadap sentimen negatif pasar. Hal ini berbeda dengan emas yang tetap kokoh di tengah ketidakpastian.
Manajer Smart Multi-Asset Fund, Jeroen Blokland, juga menekankan bahwa Bitcoin saat ini masih dianggap sebagai aset yang lebih berisiko dibandingkan emas, terutama saat terjadi krisis geopolitik.
Investor Beralih ke Emas Seperti yang disampaikan oleh Li Xing, konsultan strategi pasar keuangan di Exness, investor semakin tertarik kepada emas karena dianggap sebagai tempat berlindung yang aman selama berabad-abad.
Sebaliknya, Bitcoin sebagai aset baru masih harus membuktikan stabilitasnya di tengah krisis global. Sentimen ini memicu pertanyaan lanjutan tentang apakah Bitcoin bisa bertahan sebagai safe haven di masa depan.
BACA JUGA :
Game Tap-to-Earn Menghasilkan Uang Menarik Jutaan Pemain, Jadi Tren Besar Dunia Kripto di 2024