GUDANGTERKINI.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau berbalik terkoreksi tipis pada akhir perdagangan sesi I Rabu (11/9/2024). Pelaku pasar menunggu dengan cermat rilis data inflasi terbaru dari Amerika Serikat (AS) untuk periode Agustus 2024. Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG mengalami penurunan tipis sebesar 0,1% ke posisi 7.753,57. Sebelumnya, IHSG sempat menyentuh level psikologis 7.800 di awal sesi I hari ini, mencatatkan posisi rekor tertinggi intraday.
Nilai transaksi IHSG pada sesi I hari ini mencapai sekitar Rp 5,8 triliun, dengan melibatkan 11 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 705.939 kali. Dari total saham, sebanyak 225 saham menguat, 336 saham melemah, dan 225 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor properti menjadi penahan koreksi IHSG pada sesi I hari ini dengan kenaikan sebesar 1,03%. Namun, sektor konsumer non-primer memberikan tekanan pada IHSG dengan penurunan sebesar 2,03%.
Dari sisi saham, emiten perbankan seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) menjadi penahan koreksi IHSG, masing-masing dengan kontribusi sebesar 9,3 indeks poin, 8 indeks poin, dan 4,3 indeks poin. Sebaliknya, saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi penekan IHSG pada sesi I hari ini, masing-masing dengan kontribusi sebesar 9,1 indeks poin, 8,3 indeks poin, dan 4 indeks poin.
IHSG menunjukkan kecenderungan ‘galau’ di tengah pelaku pasar yang cenderung menunggu sambil memantau rilis data inflasi AS untuk periode Agustus 2024. Inflasi AS pada Juli 2024 tercatat sebesar 2,9% secara tahunan (year-on-year/yoy), melandai lebih baik dibandingkan ekspektasi dan bulan sebelumnya sebesar 3% yoy. Inflasi AS pada Juli lalu telah mencapai level terendah sejak Maret 2021.
Inflasi AS menunjukkan penurunan pada sektor tempat tinggal (5,1% vs 5,2%), transportasi (8,8% vs 9,4%), dan pakaian (0,2% vs 0,8%). Selain itu, harga kendaraan baru dan mobil bekas juga menurun, sementara biaya energi sedikit meningkat. Jika inflasi AS pada Agustus kembali melandai, peluang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan pekan depan terbuka lebar.
Berdasarkan data dari CME FedWatch, pelaku pasar yang memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp) pada pertemuan pekan depan mencapai 69%, sementara yang memprediksi pemangkasan sebesar 50 bp mencapai 31%. Angka ini menunjukkan penurunan dari sehari sebelumnya, di mana prediksi pemangkasan sebesar 25 bp mencapai 71%, sementara prediksi pemangkasan sebesar 50 bp meningkat menjadi 29%.