LUBUKLINGGAU,GUDANGTERKINI.COM – Dalam semangat cinta dan tanggung jawab terhadap almamater, Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Nusantara (UIN) Al-Azhaar Lubuklinggau menggelar audiensi resmi dengan jajaran pimpinan kampus pada Kamis 19 juni 2025.
Kegiatan ini berlangsung pada Kamis pagi di ruang Fakultas Tarbiyah dan menjadi momentum penting dalam mendorong peningkatan kualitas layanan akademik serta pengembangan institusi.
Audiensi ini dihadiri oleh Rektor UIN Al-Azhaar Lubuklinggau, Dr. Sumaryati, M.Pd.I, beserta Wakil Rektor I, Wakil Rektor III, Ketua BMT, serta Pembina Yayasan Permata Nusantara Al-Azhaar.
Turut hadir pula pengurus DEMA dan perwakilan dari sejumlah Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS), menjadikan forum ini representatif dan penuh muatan aspiratif.
Presiden Mahasiswa DEMA, Wahyu Candra, menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar silaturahmi, tetapi juga menjadi ajang penyampaian tuntutan yang dirancang secara kolektif demi kemajuan kampus.
“Kami membawa sejumlah aspirasi sebagai bentuk kepedulian moral terhadap kampus. Di antaranya peningkatan manajemen keuangan di BMT, penegasan sistem pembayaran uang akademik, transparansi dana kemahasiswaan, hingga perbaikan fasilitas kampus dan sistem pembelajaran,” ujar Wahyu.
Selain itu, DEMA juga mengusulkan agar biaya daftar ulang dibebaskan bagi pengurus aktif selama satu periode, pembangunan infrastruktur kampus, serta penyediaan kesekretariatan untuk organisasi kemahasiswaan (Ormawa) seperti DEMA dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Poin lain yang disorot adalah evaluasi terhadap mahasiswa penerima KIP Kuliah yang diarahkan mengabdi di pondok pesantren tanpa regulasi yang jelas.
Menanggapi aspirasi tersebut, Rektor UIN Al-Azhaar Lubuklinggau memberikan respons yang positif. Ia menyatakan dukungannya terhadap langkah progresif mahasiswa dan mengapresiasi keberanian mereka menyuarakan hal-hal yang strategis bagi kemajuan kampus.
“Bunda sangat senang dengan audiensi ini. Kiprah kalian luar biasa. Tuntutan yang kalian ajukan akan kami jadikan bahan evaluasi. Sebagian besar akan kami setujui, namun tetap akan disesuaikan dengan kebutuhan kampus, terutama terkait proses akreditasi dan masa pemeliharaan kampus,” ujar Dr. Sumaryati.
Suasana audiensi berlangsung hangat dan produktif. Seluruh peserta merasa didengar dan dihargai, menciptakan iklim dialog yang sehat antara mahasiswa dan pihak birokrasi kampus.
Langkah ini menjadi sinyal positif bahwa kolaborasi antara mahasiswa dan pimpinan kampus dapat berjalan harmonis apabila dilandasi komunikasi yang terbuka dan konstruktif.
Para pengurus DEMA dan HMPS pun menyambut baik hasil audiensi dan berharap tuntutan yang telah diajukan segera terealisasi secara bertahap.
Dengan semangat perubahan ini, DEMA UIN Al-Azhaar Lubuklinggau menunjukkan peran aktifnya sebagai mitra kritis kampus, sekaligus motor penggerak kemajuan institusi pendidikan Islam di Lubuklinggau.