GUDANGTERKINI.COM – Fenomena “orang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin” tengah terjadi di Indonesia. Data dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menunjukkan bahwa tabungan masyarakat atau individu yang kurang dari Rp100 juta terus mengalami penurunan.
Pertumbuhan tabungan masyarakat yang kurang dari Rp100 juta dari Juli 2016 hingga Juli 2019 tercatat sebesar 26,3%. Sementara itu, masyarakat dengan tabungan Rp100 juta hingga Rp200 juta pada periode yang sama bertumbuh sebesar 29,4%. Namun, pertumbuhan ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kondisi Juli 2021 hingga Juli 2024 yang hanya bertambah 11,9% untuk masyarakat dengan tabungan kurang dari Rp100 juta dan naik 13,3% untuk masyarakat dengan tabungan Rp100 juta hingga Rp200 juta.
Berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki tabungan di atas Rp5 miliar atau yang banyak diisi oleh pihak korporasi. Mereka justru cenderung mengalami peningkatan yang signifikan. Pada Juli 2016 hingga Juli 2019, tabungan di atas Rp5 miliar naik sebesar 29,7%, dan pada Juli 2021 hingga Juli 2024 kembali bertumbuh lebih tinggi, yakni sebesar 33,9%.
Jutaan warga kelas menengah di Indonesia rentan ‘turun kasta’ ke kelas menengah rentan hingga kelompok rentan miskin. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2019 jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 57,33 juta orang atau setara 21,45% dari total penduduk. Namun, pada 2024, jumlah tersebut menurun menjadi 47,85 juta orang atau setara 17,13%. Artinya, sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah turun kelas.
Bankir Akui Nasabah Kaya Makin Banyak
Sejumlah bankir mengakui adanya peningkatan simpanan nasabah kelas menengah atas dengan nominal Rp5 miliar ke atas. Di sisi lain, jumlah tabungan nasabah kelas menengah bawah dengan nominal Rp100 juta ke bawah menurun. Tren ini terjadi di bank swasta terbesar RI, Bank Central Asia (BCA), sebagaimana diakui oleh Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja. “Ini yang disebut K-shaped,” katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (10/9/2024).
Istilah K-shaped recovery merujuk pada jenis pemulihan berbentuk ‘K’. Artinya, ada industri yang cepat pulih dan diuntungkan, sementara yang lain tertatih-tatih dan dirugikan. Bentuk pemulihan ini tampak bercabang dan menyerupai dua lengan huruf ‘K’, di mana ada sekelompok industri yang mengarah ke arah atas atau positif dan sisanya menjadi lengan bawah huruf ‘K’ alias ke teritori negatif.
Bank Lain Juga Mengalami Fenomena Serupa
Bank Tabungan Negara (BTN) juga mengalami hal yang sama. Direktur Distribution and Institutional Funding BTN, Jasmin, mengakui bahwa pertumbuhan dana ritel kelas atas mengalami kenaikan. “Trennya sama ya, dengan bank lain. Yang Rp5 miliar ke atas tumbuh, yang Rp100 juta turun,” katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (10/9/2024).
Fenomena ini tidak menjadi masalah bagi likuiditas perbankan, terutama karena pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan masih mencukupi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Juli 2024, DPK sebesar Rp8.687 triliun, naik 7,72% yoy. Meskipun secara bulanan, DPK mengalami kontraksi sebesar 0,4%. Namun, Jasmin menyebut jika tren kelas menengah turun kelas berlanjut dan mempengaruhi kemampuan mereka menabung, akan berpengaruh terhadap kualitas kredit mereka.
Peningkatan Kredit Bermasalah
Bank Negara Indonesia (BNI) juga mengakui fenomena ini sangat berpengaruh terhadap kenaikan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) dari kredit segmen usaha kecil menengah (UKM). Namun, jumlah pertumbuhan tabungan di BNI secara keseluruhan tetap terjaga karena ditopang tabungan nasabah kaya yang meningkat.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, mengakui bahwa tabungan dan kredit konsumtif tidak terlalu terdampak oleh fenomena kelas menengah dan daya beli menurun karena segmen menengah atas masih baik. Pertumbuhan tabungan Rp5 miliar ke atas juga didukung oleh kompetisi perbankan yang menarik para nasabah kaya dengan meningkatkan suku bunga simpanan.
Perbankan Berlomba Menarik Nasabah Kaya
Menurut Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (BJB), Yuddy Renaldi, perbankan tengah berlomba meningkatkan suku bunga simpanan untuk menarik nasabah kaya. “Perbankan berlomba-lomba menaikkan suku bunga simpanan dan membidik segmen High Networth Individual (HNWI) yang rata-rata simpanan di atas Rp5 miliar,” katanya.
Penurunan Daya Beli Masyarakat
CIMB Niaga juga was-was terhadap penurunan daya beli masyarakat. Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, mengatakan ada peningkatan tabungan kelompok masyarakat usia muda yang baru memiliki pekerjaan. “Kelompok masyarakat muda usia first jobbers yang mulai punya tabungan juga naik,” ungkapnya. CIMB Niaga fokus pada tabungan massal lewat kanal digital agar biaya pendanaan atau cost of fund (CoF) dapat ditekan.
Kondisi Likuiditas Perbankan Nasional
Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, mengatakan kondisi likuiditas perbankan nasional saat ini masih aman, bahkan beberapa bank berlimpah likuiditas. Menurutnya, fenomena “orang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin” juga merupakan anomali lain dari sistem keuangan Indonesia.
“Di Indonesia, bank bisa menikmati keuntungan tanpa menyalurkan kredit, yang membuat perekonomian kita menjadi agak aneh,” ucap Piter. Ia mengatakan pertumbuhan kredit nasional kepada segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) saat ini melambat. Bank Indonesia (BI) melaporkan pertumbuhan kredit UMKM pada Juli 2024 naik 5,1% yoy menjadi Rp1.375,5 triliun, lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya, yakni 5,6% yoy.
Di tengah kondisi tersebut, perbankan dapat menempatkan likuiditasnya di instrumen seperti SBN dan SBRI yang likuid, sehingga memiliki margin yang cukup. “Ketika pertumbuhan DPK menurun, terutama DPK yang rendah, bagi perbankan tidak masalah selama rasio likuiditas dan keuntungan mencukupi,” tandas Piter.
Menurut Piter, anomali ini hanya terjadi di Indonesia. Selain itu, fenomena “orang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin” juga merupakan anomali sistem keuangan Indonesia. “Dengan bunga bank yang tinggi, orang kaya tidak perlu mencari uang dengan usaha, cukup menaruh uang di deposito dan uang mereka akan bertambah,” jelasnya.