Selasa, Juli 22, 2025
Gudang Terkini
No Result
View All Result
E-MAIL
SUBCRIBE
No Result
View All Result
SUBCRIBE
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • ABOUT US
  • GUDANG TERKINI
  • GUDANGTERKINI.COM
  • Home 2
  • Home 3
  • Home 4
  • Home 5
  • Home 6
  • IKLAN
  • KIRIM KARYA TULIS
  • Pedoman Media Siber
  • PRIVACY POLICY
  • REDAKSI
  • Sample Page
Home Kirim Karya Tulis

Ekosistem Stella

Gudang Terkini by Gudang Terkini
November 16, 2024
in Kirim Karya Tulis
Reading Time: 3 mins read
Ekosistem Stella

Ekosistem Stella, sumber gambar: catatan cak at

FacebookWhatsappShare

Catatan Cak AT

Ada yang menarik dari rencana Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, untuk merombak ekosistem perguruan tinggi di Indonesia. Dengan semangat ilmuwan yang haus inovasi, Stella ingin para dosen di Indonesia tak hanya sekadar mengajar. Ia punya ide ambisius: menciptakan dosen serba bisa yang sekaligus menjadi ‘peneliti super’ dan ‘pencipta inovasi’!

Namun, apakah ini sinyal perubahan serius, atau hanya sekadar angin segar yang dilontarkannya dari podium seminar? Stella sendiri punya pengalaman menarik saat kuliah. Semula ingin menjadi ekonom, ia lalu berpindah ke area psikologi yang mendorongnya meneliti cara kerja pikiran manusia, hewan, dan kini kecerdasan buatan (AI).

Dari pengalamannya mengajar di Amerika Serikat, Stella merasa para dosen harus menghabiskan sekitar 60 hingga 70 persen waktu mereka untuk meneliti. Bayangkan, para dosen di sana hampir seperti detektif ilmu, mengurai misteri-misteri akademik yang tidak kunjung selesai! Di Amerika, Stella menyaksikan inovasi muncul karena dosennya sibuk meneliti, bukan sekadar mengejar angka kredit publikasi, melainkan mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan mendasar.

Nah, jika rencana ini diterapkan di Indonesia, akankah para dosen kita lebih banyak berkutat dengan hipotesis-hipotesis brilian ketimbang berada di depan kelas? Bisakah para dosen kita benar-benar menjadi ilmuwan pencari jawaban?

Meneliti sendiri merupakan kegiatan yang cukup misterius bagi sebagian besar orang. Bukan sekadar menulis laporan atau menggali data di Google atau aplikasi-aplikasi AI, meneliti berarti menggali ide, bereksperimen, gagal, mengulang, dan akhirnya mungkin menemukan sekelumit jawaban. Ini lebih seperti ‘perjalanan batin akademik’ yang jarang terlihat di ruang kelas.

Namun, di tengah ambisi perubahan besar ini, muncul pula pertanyaan kritis: bagaimana nasib mahasiswa jika dosennya sibuk meneliti? Apakah mereka akan ikut dilibatkan dalam riset? Siapkah mereka? Alangkah indahnya jika calon-calon mahasiswa, sejak duduk di bangku sekolah menengah, telah disiapkan dengan pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) atau bahkan STREAM, yang menambahkan aspek Religion (R) dan Art (A).

Dalam rencana Stella, tentu ada harapan bahwa mahasiswa juga bisa terkena “percikan api” riset ini dan belajar langsung dari inovasi. Namun, mari kita hadapi kenyataan: selain soal kesiapan mahasiswa, apakah birokrasi kampus kita siap mendukung transformasi besar ini? Alih-alih terlibat penelitian, banyak mahasiswa malah lebih akrab dengan skripsi yang hanya sekadar ada—bukan inovasi. Kebanyakan malas mikir.

Jika kita berbicara tentang “ekosistem” seperti yang diimpikan Stella, artinya sistem yang mendukung baik dosen maupun mahasiswa dalam menjalani proses ilmiah tanpa halangan birokrasi yang berlebihan. Ini berarti, tidak ada lagi waktu tersita karena urusan administrasi atau dokumen-dokumen yang “tak berhubungan langsung dengan ilmu,” kondisi yang sering dikeluhkan para dosen kita.

Stella juga mengkritik beban birokrasi di perguruan tinggi Indonesia yang, alih-alih memotivasi inovasi, justru membuat dosen sibuk dengan tugas administratif. Jadi, reformasi ini harus dimulai dari membersihkan “ruang kerja dosen” dari tugas non-akademik yang tak perlu. Jangan sampai para dosen malah seperti pegawai administrasi dengan jadwal penuh urusan non-akademik, tapi tetap dituntut berinovasi.

Jika ekosistem akademik ideal ala Stella ini benar-benar terwujud, beberapa dampak positif mungkin bisa dirasakan oleh Indonesia. Pertama, mungkin kita akan memiliki peneliti yang lebih tajam dan produktif. Temuan-temuan baru dalam bidang sains, teknologi, dan ilmu sosial bisa menjadi kebanggaan nasional yang bukan sekadar catatan jurnal ilmiah, tapi juga solusi praktis untuk masalah-masalah di masyarakat.

Bayangkan, dosen yang pulang membawa temuan tentang energi terbarukan yang akhirnya bisa menurunkan harga listrik, atau teknologi pangan yang bisa membuat harga sembako turun—itu baru inovasi yang nyata! Berkat temuan baru Stella dan kawan-kawan, mungkin nanti tongkat dan batu yang didendangkan Koes Plus betul-betul jadi tanaman di tanah subur Indonesia Raya.

Kedua, dampak positif ide Stella, adalah mahasiswa akan memiliki pengalaman belajar yang lebih mendalam karena mereka diajak terlibat dalam penelitian dosen mereka. Kata orang, belajar terbaik diperoleh dari pengalaman. Bukan tidak mungkin, dengan pola ini, muncul inovator-inovator muda dari kalangan mahasiswa yang siap mengembangkan gagasan segar yang belum terbayangkan sebelumnya.

Namun, harus kita akui, konsep ini masih mengundang pertanyaan besar. Apakah setiap dosen di Indonesia sudah memiliki “bakat” untuk menjadi peneliti hebat? Tidak semua dosen menikmati proses penelitian yang berlarut-larut. Ada banyak dari mereka yang sesungguhnya lebih suka mengajar, menularkan ilmu langsung kepada mahasiswa di kelas. Jika dipaksa meneliti, apakah ini akan menjadi beban tambahan atau malah kesempatan baru?

Maka, konsep ekosistem akademik ideal ala Stella ini membutuhkan persiapan matang, baik dari segi dana, fasilitas riset, maupun perubahan budaya akademik yang mendukung inovasi tanpa dibebani birokrasi yang berlebihan. Tanpa persiapan matang, ekosistem ini berisiko menjadi sekadar angan-angan akademik penuh jargon, tanpa dampak nyata bagi masyarakat.

(Catatan Cak AT – Ahmadie Thaha)
Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 29/10/2024.

Tags: Ahmadie Thahacatatan cak atekosistem stellastellaStella Christiewakil menteri pendidikan tinggi
Previous Post

Makelar Satu Triliun

Next Post

Kelakar Janda Kaya

Gudang Terkini

Gudang Terkini

Tentang Kami Gudang Terkini adalah situs berita yang mengedepankan kualitas dan keakuratan informasi. Kami melayani audiens yang luas dengan konten berita terkini, analisis mendalam, dan laporan eksklusif yang menarik perhatian pembaca. Dengan trafik tinggi dan audiens yang terlibat, Gudang Terkini adalah tempat ideal untuk menampilkan iklan Anda. Kontak Kami Jika Anda tertarik untuk beriklan atau memiliki pertanyaan lebih lanjut, jangan ragu untuk menghubungi kami di: Gudang Terkini Email: gudangterkini@gmail.com Telepon: 0852 1521 3485 Alamat: Jalan Cekdam RT O8, Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Lubuklinggau Barat 1, Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan Indonesia 31661 Jalan Jendral Moch Hasan, Perumahan 87 Residence Blok D 9, Kelurahan Lubuk Tanjung, Kecamatan Lubuklinggau Barat 1, Kota Lubuk Linggau, Provinsi Sumatera Selatan Indonesia 31661 Kami berharap dapat bekerja sama dengan Anda dan membantu mempromosikan merek Anda melalui Gudang Terkini. Terima kasih atas perhatian Anda.

Next Post
Kelakar Janda Kaya

Kelakar Janda Kaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Currently Playing

Podcast Terbaik Lubuklinggau Hadirkan Siswa SMA Yadika: Bukti Kreativitas Anak Muda Lokal

Siswa-siswi SMA Yadika Lubuklinggau Menjadi Narasumber di Podcast Gusur (Gudang Suara) IH Creative

Podcast Terbaik Lubuklinggau Hadirkan Siswa SMA Yadika: Bukti Kreativitas Anak Muda Lokal

Podcast
Kisah Inspiratif Widia Syaputri: Perjuangan Melawan Kehidupan Hingga Menjadi Konten Kreator Edukasi

Podcast Gusur Bersama Widia Syaputri, Tentang Perjuang Hidup dan Kesuksesan

Podcast
Prestasi Sistem Si Nanan dan Grebek Kuliner Yuk Ninik Angkat UMKM Lubuklinggau

Prestasi Sistem Si Nanan dan Grebek Kuliner, Yuk Ninik Angkat UMKM Lubuklinggau

Podcast
Tata Novela Aktivis Perempuan Dan Mahasiswi UNPARI Lubuklinggau

Tata Novela Aktivis Perempuan Dan Mahasiswi UNPARI Lubuklinggau

Podcast
Dea Fani, Mahasiswi Hukum yang Juga Aktif di Sosmed, Sorot Perhatian di Podcast Gusur

Dea Fani, Mahasiswi Hukum yang Juga Aktif di Sosmed, Sorot Perhatian di Podcast Gusur

Podcast

Berita Lainnya

DEMA UIN Al-Azhaar Lubuklinggau, lakukan audensi ke Pimpinan Kampus

Gebrakan Baru DEMA UIN Al-Azhaar Lubuklinggau, Dorong Kemajuan Kampus Lewat Audiensi Bersama Pimpinan

Juni 22, 2025
Koordinator Nasional Millenial Silampari-Jakarta, Alvin Dalimunthe, mengkritik keras absennya peran Pemerintah Kota Lubuklinggau dalam menangani krisis narkoba

Kota Lubuklinggau Darurat Narkoba, Generasi Muda Terancam: Di Mana Peran Pemerintah?

Juni 21, 2025
Ketua HIPMI Kota Lubuklinggau Rio Lingga Atmaja dan Sekjen HIPMI Kota Lubuklinggau Dony Tanjung, bersma Host Podcast GUSUR, Hijrah dan Raihan

Ketua HIPMI Lubuklinggau Rio Telago dan Sekjen Dony Tanjung Bicara Peran Pengusaha Muda Lewat Podcast GUSUR

Juni 21, 2025
Alvin Dalimunthe Koordinator Nasional Millenial Silampari Jakarta dan H Rachmat Hidayat (Yoppy Karim) Walikota Lubuklinggau

Gaya Kepemimpinan Walikota Lubuklinggau Kembali Disorot, Dinilai Jauh dari Aspirasi Masyarakat

Juni 18, 2025

Copyright © 2024 Gudang Terkini - All rights reserved

No Result
View All Result

Copyright © 2024 Gudang Terkini - All rights reserved