LUBUKLINGGAU,GUDANGTERKINI.COM – Gelombang protes mulai mengguncang pemerintahan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Lubuk Linggau, H. Rachmat Hidayat M.I.Kom (Kak Yopi) dan H. Rustam Effendi, meskipun keduanya baru genap 100 hari menjabat.
Senin, 26 Mei 2025, sekitar 150 mahasiswa dari berbagai kampus dan organisasi turun ke jalan menyuarakan ketidakpuasan terhadap janji kampanye yang belum terealisasi.
Aksi Damai di Depan Kantor Wali Kota
Aksi mahasiswa Lubuk Linggau yang tergabung dari GMNI, PMII, KAHMI, Satma, serta mahasiswa dari Unpari, STAIS, dan Al-Azhar, memadati halaman Kantor Wali Kota Lubuk Linggau sejak pukul 09.00 WIB.
Mereka membawa pengeras suara, spanduk, dan selebaran tuntutan yang menyoroti berbagai permasalahan di Kota Lubuk Linggau.
Ada tiga poin utama yang menjadi tuntutan massa aksi:
-
Tuntaskan Janji Politik “Linggau Juara”, seperti:
-
Kepastian anggaran dan gaji RT.
-
Penanganan masalah sampah yang masih amburadul.
-
Peningkatan kualitas layanan kesehatan.
-
Realisasi program seragam sekolah gratis.
-
Pembayaran tunggakan BPJS dan janji umum lainnya.
-
-
Evaluasi Acara Seremonial Pemerintah Daerah
Acara-acara yang dinilai hanya menghamburkan anggaran APBD tanpa manfaat langsung bagi masyarakat. -
Penertiban Aktivitas yang Meresahkan Warga
-
Penolakan truk angkutan batu bara yang melintas di jalan kota.
-
Penutupan total hiburan malam ilegal dan prostitusi terselubung.
-
Wali Kota Akhirnya Hadir, Mahasiswa Tetap Kritik Keras
Awalnya, aksi berlangsung tanpa kehadiran Wali Kota maupun Wakilnya, yang membuat mahasiswa semakin kecewa.
Beberapa pejabat Pemkot yang mencoba menemui massa justru ditolak. “Kami datang untuk wali kota, bukan ASN!” tegas Teguh Ramadhan, orator aksi.
Suasana sempat memanas karena terjadi saling dorong dengan Satpol PP, namun berhasil dikendalikan aparat kepolisian.
Sorakan keras menggema saat akhirnya Kak Yopi datang menemui massa. Mahasiswa langsung menyambut dengan teriakan, “Kak Yopi ingkar janji!”
Dialog Terbuka, Namun Jawaban Dinilai Normatif
Setelah tensi mereda, perwakilan mahasiswa akhirnya duduk berdiskusi bersama Wali Kota dan Wakil Wali Kota di teras kantor.
Dialog berjalan terbuka, tetapi sebagian mahasiswa menilai respons wali kota masih bersifat normatif dan belum menyentuh solusi teknis.
Terkait tuntutan pembatasan truk batu bara, Kak Yopi menyampaikan bahwa pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Polres, Kodim, dan Dinas Perhubungan.
“Rencananya truk hanya boleh lewat jam 22.00 hingga 05.00. Di luar itu, akan kita siapkan rest area atau kantong parkir,” jelasnya.
Aksi Lanjut Akan Terus Digelar Jika Tak Ada Perubahan Nyata
Meski aksi hari itu selesai damai, mahasiswa menegaskan bahwa ini baru awal dari gerakan pengawasan terhadap realisasi janji politik “Linggau Juara”.
“Kami turun bukan untuk selfie. Kalau tidak ada perubahan, massa akan lebih besar!” tegas Alan, kader GMNI.
Aksi mahasiswa Lubuk Linggau ini menjadi bukti bahwa publik, khususnya generasi muda, mulai aktif mengawal jalannya pemerintahan.
Realisasi janji politik Rachmat-Rustam akan menjadi sorotan publik selama lima tahun ke depan. Zona Raflesia dan masyarakat akan terus memantau setiap langkah Pemkot Lubuk Linggau.